Tips Anti Grogi Saat Pidato/ Presentasi

Hallo sobat semuanya, bertemu lagi dengan saya yang akan memberikan berbagai tips ampuh yang akan berguna buat sekolah, kuliah atau pekerjaan pembaca semua. Dan pada ulasan kali ini kita nih akan bahasa namanya pidato atau presentasi. Dari semua sobat saya disini pasti dong ada kan yang pernah mengalami namanya grogi atau nervous saat lagi berada di depan untuk pidato atau presentasi.

Rasa grogi dan nervous saat berada di depan orang itu sebenarnya sebuah hal yang wajar sob karena sifat ilmiah manusia memang grogi saat dihadapkan dengan khalayak. Namun semua hal grogi tersebut menjadi tidak normal jika kita malah gak bisa menguasai keadaan alias gemetaran sepanjang acara. Nah loh kalau udah jadi begini bukan presentasi/pidato maut, yang ampuh membius hadir pemirsa yang hadir namun ancaman rasa malu yang datang menguntit selama acara.

Gak mau kan kejadian seperti ini menimpa mu apalagi jika dalam salah satu pemirsa yang hadir ada gebetan, pacar atau bahkan camer yang siap menyimak isi pidato/presentasi kamu, wuih bisa makin berabe. Nah agar kejadian tersebut tidak terjadi dan kamu semua bisa menghadirkan pidato dengan memikat, berikut saya hadirkan beberapa Tips anti grogi saat pidato/ presentasi.

1. Belajar Untuk Berbicara Di Depan Orang Banyak

Tips pertama ini merupakan tips paling penting dalam sukses berpidato/presentasi maka dari itu nih mulai sekarang mulailah latihan buat berbicara di depan orang banyak. Latihan yang dilakukan gak harus belajar pidato di pusat keramaian tentunya, namun kamu bisa mulai latihan di kamar menggunakan cermin.

Nah anggaplah bayangan yang ada di cermin adalah pemirsa pidato, belajarlah lebih banyak dan lebih intens dengan terus mencoba dan latihan hingga kepercayaan diri kamu terbentuk dengan perlahan.

2. Kuasai Keadaan

Menguasai keadaan berbeda dengan menguasai pikiran, yaiyalah :). Menguasai keadaan disini artinya kamu harus menguasai situasi pidato atau presentasi yang sedang kamu hadapi. Caranya gimana?, nih saya beber yah:

a) Fokus pada pandangan, presentasi itu gak boleh nunduk sob apalagi memalingkan muka ke tempat lain ntar dikira kamu membayangkan hal-hal aneh lagi,. hehe. Kamu harus fokus memandang ke pemirsa agar pemirsa merasa menjadi “bagian” dari pidato kamu. Sesekali boleh memalingkan pandangan namun jangan terlalu sering.

b) Setelah masalah pandangan ini bisa dikuasai dengan benar coba “kuasai” emosi pemirsa misal saat materi mengharuskan kamu tersenyum maka tersenyumlah sebaliknya jika isi materi serius dan mengharuskan menarik simpati maka kamu harus menjiwai agar pemirsa ikut terhanyut dengan materi.

3. Perkuat Materi

Inget kan pidato sang presiden pertama kita Bung Karno saat menyampaikan pidato kemerdekaan?, beuh itu emosinya sangat mendalam bahkan kita yang gak hadir saja sampai ikut terbawa suasana hanya dengan menyaksikan rekamananya. Selain gaya pidato Bung Karno yang mahir, ternyata materi juga menjadi kelebihan dari pidato Bung Karno sob.

Kamu simak deh materi atau naskah pidato Bung Karno, sangat mendalam dan kaya akan semangat patriotisme. Nah dalam menyajikan pidato atau presentasi yang baik materi memang penting.

4. Perbanyak Jam Terbang

Setelah belajar berbicara di depan orang banyak, menguasai keadaan dan memperkuat materi maka langkah selanjutnya agar pidato kamu maut adalah dengan memperbanyak jam terbang pidato/presentasi di depan orang. Kamu bisa mulai dengan presentasi di kelas. Ekplorasi semua kemampuan kamu, setelah lingkup presentasi kecil udah kamu genggam mulailah merambah ke pidato atau presentasi yang lebih besar yang akan semakin mengasah kemampuan pidato/presentasi kamu.

Itulah beberapa Tips anti grogi saat pidato/ presentasi, selamat mencoba yah dan semoga menjadi salah satu penyaji pidato/presentasi yang baik.

Siap untuk bike to work?

Saat ini berbagai macam alasan mengapa orang melakukan aktivitas bike-to-work, yang diantaranya adalah:

  • Peduli Kesehatan Lingkungan (Reduce Pollution Supporters)
  • Sarana Transportasi Murah dan Bebas Macet
  • Mencari Nafkah (b4w = bike-for-work)
  • Healthiness & Fitness
  • Hobby
  • Life Style

Sejak deklarasi bike-to-work Indonesia (b2w-Indonesia) pada tanggal 27 Agustus 2005, semakin banyak masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Terlebih-lebih seiring dengan semakin melambungnya harga BBM belakangan ini, membuat sebagian masyarakat mulai melirik sepeda sebagai salah satu sarana transportasi yang murah sekaligus menyehatkan.

Bila anda ingin memulai ber bike-to-work atau membuat perjalanan bersepeda anda menjadi lebih nyaman, aman dan tentram, petunjuk berikut ini bisa membantu anda dalam melakukan persiapannya, semoga bermanfaat.

1. PERSIAPAN RUTE PERJALANAN

Bila ini adalah perjalanan bike-to-work anda yang pertama kali, sangat dianjurkan anda mengenali terlebih dahulu rute yang akan dilalui. Perhatikan lokasi warung untuk beristirahat maupun tukang tambal ban, atau rumah kerabat yang dilalui seandainya diperlukan dalam keadaan darurat.

Anda juga perlu memastikan dimana akan memarkir sepeda anda, apakah dalam ruang kantor anda, depan lift barang, parkiran sepeda-motor, atau tempat lainnya. Sebaiknya sepeda selalu dalam keadaan diikat/terkunci apabila diparkir di tempat umum terbuka, dan jangan lupa melepas komponen-komponen kecil seperti cyclo-meter, lampu penerangan depan, tool bag dan lainnya.

Pastikan dimana tempat anda akan membersihkan diri, apakah toilet eksekutif, kamar mandi musholla atau pos satpam. Sedangkan perlengkapan mandi seperti sabun, shampoo, handuk kecil dan sebagainya bisa ditinggal di kantor saja demi kepraktisan.

Ada baiknya anda mengunjungi www.b2w-indonesia.or.id untuk mencari teman seperjalanan, karena bagaimanapun juga bersepeda secara berkelompok sangatlah dianjurkan, khususnya bagi para pemula. Disamping ada banyak lagi informasi mengenai bike-to-work termasuk forum berdiskusi hal yang terkait dengan bike-to-work. Bersepeda dalam komunitas, atau yang biasa disebut peloton pada istilah sepeda, akan lebih baik, karena lebih aman dan saling menssupport.

Siapkan kondisi badan dengan baik dengan cukup tidur dimalam sebelumnya, serta sarapan ringan sebelum berangkat bersepeda.

2. PERSIAPAN SEPEDA

  • Periksa tekanan angin ban selalu diatas 30 PSI untuk mencegah snake bite.
  • Pastikan rem berfungsi dengan baik.
  • Pastikan rantai dalam kondisi terlumasi dengan baik.
  • Pastikan transmisi (rear & front derailleur) berfungsi dengan baik, jika ada.
  • Pastikan semua baut dan mur dalam posisi terpasang erat.

3. PERALATAN SEPEDA (Tools Kit)

Ada baiknya anda selalu membawa peralatan (tools kit) yang sangat bermanfaat pada saat kondisi darurat, minimal seperti di bawah berikut ini:

  • Kunci Hexagonal no.4, 5 dan 6
  • Chain Tools (untuk bongkar pasang rantai)
  • Obeng kecil + dan – (untuk setel deraileur & Vbrake)
  • Tang Potong Kecil / Pisau lipat
  • Cable Ties panjang 20cm minimal 6 buah
  • Perangkat tambal ban
  • Lever pengungkit ban
  • Ban dalam cadangan
  • Pompa Ban dengan dual-head

4. PERANGKAT KESELAMATAN & KESEHATAN

  • Helmet, ini merupakan perangkat yang wajib digunakan yang mengurangi efek negatif akibat benturan pada kepala yang sekaligus befungsi mengurangi panasnya sengatan matahari.
  • Masker udara/debu, sangat bermanfaat untuk melindungi paru-paru dari udara berpolusi.
  • Sarung Tangan, sangat diperlukan untuk membuat genggaman yang erat pada handle bar khususnya pada saat tangan berkeringat; disamping dapat melindungi tangan jika terjatuh.
  • Kacamata, jelas bukan untuk sekedar bergaya, tapi juga mampu melindungi mata dari deraan asap atau debu secara langsung, juga kerikil jalan yang melejit kearah mata.
  • Lampu Belakang Merah yang terang sangatlah penting untuk tetap terlihat dengan mudah oleh kendaraan bermotor dibelakang kita saat bersepeda. Lebih baik lagi apabila yang dapat bekelap kelip dengan terang. Selalu nyalakan lampu ini sekalipun pada siang hari.
  • Lampu Penerangan Depan, sangat membantu pengendara lain dari arah berlawanan untuk mengenali posisi anda bersepeda.
  • Kunci/ Pengaman Sepeda (cable lock) untuk mengamankan sepeda saat di parkir.
  • P3K jika terjadi kecelakaan ringan.

5. PAKAIAN

  • Baju berbahan kaos yang nyaman, lebih baik lagi yang lengan panjang.
  • Celana pendek sepeda atau ¾.
  • Bandana untuk mencegah keringat kepala mengucur ke mata/ muka.
  • Jas Hujan yang ringkas dan ringan.
  • Tas Punggung (bag pack) untuk membawa pakaian dan perlengkapan lainnya.
  • Sepatu olah raga.

Setelah semuanya tersedia dan diperiksa dengan baik, jangan lupa untuk selalu ber DOA ketika mulai menggenjot sepeda dan ketika tiba ditujuan. Semoga Allah SWT selalu melindungi kita ketika bersepeda.

Tips: Serius Menekuni Sepeda

Pelatih sepeda Jo McRae memberikan tipsnya agar kita bisa memanfaatkan waktu lebih baik lagi dalam menikmati waktu di atas sepeda…..

Sebagian besar orang yang gemar bersepeda memiliki kebiasaan sehari-hari yang aktif dan terbiasa melakukan cross-training, menempatkan kegiatan bersepeda di antara kegiatan aktif lainnya, seperti berjalan kaki atau berlatih beban di gym. Jika kita percaya bahwa beragam latihan atau aktivitas fisik yang dilakukan bisa membuat tubuh sehat, maka hal itu juga akan membuat kita selalu termotivasi. Namun bagi seorang yang newbie di dunia sepeda, dan terlalu asyik dengan bersepeda, maka akan sedikit sulit untuk mau beranjak dan mencoba aktivitas yang lain, yang sebenarnya juga mendukung kesehatan.

Jadi, apa yang sebaiknya dilakukan untuk lebih ‘serius’ menekuni dunia sepeda, namun masih mendapatkan manfaat yang sama dengan aktivitas fisik yang lain?

Hal pertama yang dilakukan, sepertinya jelas, bahwa kita harus bisa dan mau bersepeda secara rutin dan menjadikannya sarana latihan fisik yang utama. Coba saja hitung berapa banyak waktu luang yang dilakukan untuk latihan atau aktivitas yang lain, dan kemudian pastikan dua per tiga atau tiga per empat waktu tersebut digunakan untuk bersepeda.

Sebagai seorang pemula di dunia sepeda, pasti akan sedikit bingung dan mencari kenyamanan, sepeda seperti apa yang paling cocok dan sesuai dengan hasrat pribadi tiap-tiap. Untuk membiasakan diri, cobalah untuk berlatih cadence, tak perlu melaju kencang, asal ritme kayuhan tetap stabil. Selain itu bisa juga berlatih di dalam ruangan dengan sepeda statis. Atau bisa juga beberapa latihan itu dilakukan sembari berangkat ke tempat kerja atau kampus, bike to work.

• Komuting
Bagi sebagian besar pesepeda, berangkat ke kantor atau ke kampus dengan bersepeda adalah cara membiasakan untuk bersepeda yang paling logis, setidaknya akan ada 30 menit hingga 1 jam dalam sehari yang digunakan untuk bersepeda.

Manfaat lain dari bersepeda dari satu tempat ke tempat yang lain adalah kita jadi terbiasa dengan handling sepeda kita, apalagi jika jalanan ramai, maka akan lebih sering berhenti dan mengerem, tiba-tiba mengayuh cepat dan berbagai kewaspadaan lain akan terlatih seiring ramai – sepinya lalu lintas jalanan. Beragam kemampuan yang terlatih secara tak sengaja itu akan lebih berguna nantinya jika mengikuti ajang bersepeda yang lebih serius, atau bersepeda dalam rombongan besar.

• Sepeda statis
Jika terkendala, maka bersepeda di dalam ruangan bisa menjadi alternatif kegiatan yang bisa dilakukan, pun bisa menyesuaikan dengan kesibukan lainnya sehari-hari, apakah berlatih siang-siang saat istirahat makan siang, atau dilakukan setelah rampung bekerja.

Hal yang penting dilakukan adalah tetap bisa berada di atas sadel sepeda selama waktu yang rutin dalam seminggu. Tetaplah fleksibel (dengan kegiatan yang dilakukan) dan pilihlah mana yang paling cocok.

• Mengajak teman
Saat ada kesempatan dan waktu longgar, buatlah kencan atau janjian dengan beberapa teman yang tentu saja juga menyukai bersepeda, dan pergi ke suatu tempat atau hanya berkeliling kota. Terlebih jika teman yang diajak juga menyukai sesuatu yang serius dari sepeda, sehingga bisa jadi partner yang pas untuk latihan endurance atau cadence, pun latihan interval. Teman seperjalanan bisa menjadi motivator dan penyemangat agar kita tetap mau berusaha yang lebih baik lagi.

• Berapa lama?
Bersepeda bukanlah kegiatan atau gerakan alami yang dilakukan oleh manusia. Jadi, pikir-pikirlah terlebih dahulu sebelum kemudian mulai terjun ke dunia sepeda yang lebih atau sangat serius, seperti latihan untuk menghadapi ajang balap sepeda.

Beberapa orang memilih untuk bisa mengukur perkembangan yang mereka lakukan selama beberapa waktu bersepeda. Jika ingin melakukan hal itu, berinvestasilah untuk membeli alat atau gadget untuk mengukur kecepatan, jarak tempuh atau waktu tempuh, sehingga kita bisa menetapkan target pribadi.

• Bagaimana dengan aktivitas lain?
Dengan waktu yang sebagian besar sudah diisi dengan kegiatan yang terkait dengan sepeda, dan sudah dilakukan secara rutin, maka sisa seperempat atau sepertiga bagian yang lain bisa diisi dengan kegiatan cross-training.

Sebagai konsekuensi dari memanfaatkan waktu aktivitas untuk bersepeda, kita seharusnya merasa lebih fit dan nyaman saat berada di atas sadel, serta lebih percaya diri dengan kemampuan bersepeda yang dimiliki. Kita seharusnya juga merasa bahwa bersepeda adalah kegiatan alami dan lumrah yang dilakukan manusia dan mulai membangun hubungan spesial dengan sepeda yang biasa kita naiki. Saat kita mulai merasa ada yang kurang saat kita tak bersepeda, saat itulah kita sudah menjadi seorang pesepeda yang (menuju) serius….

Tips : Periksa dahulu sepedamu

Meskipun mungkin hampir setiap hari kita menyentuh sepeda dan mengendarainya, pengecekan singkat sebelum keluar bersepeda akan memastikan untuk bisa lebih aman dan nyaman saat bersepeda nanti. Namun mungkin tak harus setiap hari dan setiap saat kita harus memeriksa dan mengeceknya…

Beberapa hal berikut ini, jika diurutkan, mungkin akan terlihat banyak. Namun, jika sudah menjadi kebiasaan setiap hari, hal itu bukanlah hal yang sulit…..

1. Rem
Coba putar roda dan pastikan brakepad tak menyentuh rim atau brakeline. Coba tarik tuas rem, dan pastikan permukaan brakepad menyentuh permukaan rim dengan sempurna (tidak miring).

Tarikan tuas rem juga perlu diperhatikan, karena kenyamanan tiap-tiap orang berbeda-beda, dan memang butuh setelan yang pas agar nyaman dan bisa direm dengan baik. Banyak bagian dari tuas rem yang perlu diperhatikan, mulai dari cable tensioner hingga bagian dalam outer cable. Namun untuk pemakaian hampir setiap hari, detail-detail bagian tersebut mungkin tak akan terlalu berpengaruh. Bagaimanapun juga, perlu diperiksa secara rutin, bisa setiap dua minggu sekali, atau interval lain yang dirasa cukup.

2. Rantai
Pastikan bahwa rantainya bersih dan terlumasi dengan baik. Sembari pedal diputar perlahan, perhatikan juga apakah pin di tiap-tiap mata rantai masih berada di kondisi terbaiknya, atau apakah ada mata rantai yang sedikit miring, bisa jadi karena tarikan pedal yang terlalu kuat namun saat posisi rantai dan gigi yang belum pas.

3. Roda
Coba putar roda, dan pastikan mereka tidak goyang. Jika terlihat goyang, itu tandanya ada yang kurang pas dengan bagian hub atau freehub, atau setelan jari-jari yang kurang pas.

Setelan jari-jari atau ruji memang jarang berubah, namun pemeriksaan yang rutin tetap dibutuhkan.

4. Ban
Sederhana dan perlu dilakukan, apalagi oleh para pesepeda komuter. Sebelum berangkat, pastikan tekanan angin berada di kondisi yang pas, sesuai yang tertera di bagian dinding luar ban.

5. Headset
Cara mengetahui setelan headset cukup gampang. Coba saja rem roda depan, dengan sepeda didorong ke depan dan ke belakang, dan akan segera diketahui apakah kondisi headset masih kencang atau sudah agak kendur. Jika masih kencang, tentu tak akan ada rasa seperti ada sesuatu yang patah.

6. Bottom bracket
Hampir sama dengan headset. Bottom bracket adalah bagian yang selalu bergerak setiap kali kita mengayuh pedal. Jadi, kondisinya harus selalu terjaga agar kita mendapatkan kayuhan yang nyaman dan perjalanan bersepeda pun aman.

Jika sudah terasa agak oblak alias agak kendur, ada baiknya kita memeriksakan kondisi bottom bracket ke bengkel sepeda terdekat.

7. Baut
Ada banyak bagian dari sepeda yang dikencangkan menggunakan baut, seperti di stem dan handlebar, atau di seatpost. Pastikan kondisi baut-baut tersebut kencang. Kita pasti tak ingin ‘kan, saat bersepeda tiba-tiba seatpost bisa turun dengan sendirinya dan membahayakan saat digunakan bersepeda…

8. Drivetrain
Cobalah kayuh pedal namun dalam posisi sepeda tak dinaiki, dan coba juga untuk melakukan shifting. Pastikan shifting selalu mulus. Jika shifting tak bis mulus, alias terlalu cepat atau gigi tak mau berpindah, maka setel kembali kabel-kabel atau setelan baut pada rear derailleur ataupun front derailleur.

Jika menggunakan electronic shifting, pastikan baterainya berada dalam kondisi yang sudah terisi penuh.

Berpetualanglah selagi muda

1. Kamu masih muda, bersemangat dan sehat.

Usia 20-an adalah usia emas. Di usia inilah seseorang berada pada ‘puncak’ fisiknya, fisik yang sehat, wajah yang cantik atau tampan, semangat yang bergairah. Untuk melakukan perjalanan sendiri, kamu butuh fisik yang sehat dan jiwa yang bersemangat. Kamu akan dipaksa untuk berjalan kaki setiap hari, membawa beban tas di punggung, memutar otak agar tidak tersasar, mengeksplor sebuah kota seharian penuh. Dengan fisik usia 20-an, kamu akan sanggup melakukan perjalanan yang lama dan melelahkan.

2. Kamu sudah bisa menghasilkan uang yang cukup untuk bepergian sendiri.

Awal 20-an umumnya seseorang sudah memulai karirnya. Bahkan mungkin ada yang sudah mulai bekerja sejak sekolah. Dengan menabung hasil kerja yang kita terima selama 3-4 tahun, seharusnya sudah cukup untuk membiayai perjalanan solo traveling kamu. Kemanapun tujuannya, domestik ataupun internasional. Asalkan uangnya tidak diboroskan untuk nongkrong di cafe setiap hari, ya 🙂

3. Kamu tidak akan lebih muda dari hari ini.

Jika hari ini kamu berusia 22 tahun 3 bulan dan 5 hari, maka esok hari kamu akan bertambah tua satu hari. Dimana itu berarti kamu tidak akan pernah lebih muda dari hari ini, bahkan detik ini. Waktu terus bergerak maju dan tidak akan menunggu. Sering dengar, kan, saat orang tua kita menceramahi : jangan buang-buang waktu.

4. Solo traveling akan melatih survival skill kamu.

Pergi sendiri memang terdengar membosankan. Tapi saat kamu harus menggunakan bahasa tarzan karena tidak mengerti bahasa setempat, atau saat kamu kelaparan tapi tidak ada yang menjual nasi uduk di Swiss, dan saat kamu tersasar pula kehujanan di kota kecil di pinggiran Paris, kamu akan tahu seberapa tangguhnya diri kamu menghadapi situasi-situasi tak terduga. Hal semacam itu mungkin tidak akan kamu jumpai jika kamu pergi dengan serombongan turis. Lagipula, apa menariknya sebuah perjalanan saat hanya duduk di dalam bus dan diantar ke menara Eiffel tanpa tahu kalau sistem metro di Paris termasuk yang tertua di dunia.

“A tourist will see and remember. But a traveler will do and understand.” (Anonym)

5. Selain survival skill, financial management kamu juga akan diasah.

Solo traveling berarti kita hanya bisa mengandalkan diri sendiri dalam setiap situasi. Termasuk situasi keuangan. Saat kamu hanya memiliki budget yang terbatas tapi kamu masih harus mengelilingi 5 negara lagi, tentu kamu akan memutar otak bagaimana mengatur uang yang hanya terbatas itu. Padahal di toko sebelah ada sepatu yang sudah kamu incar sejak lama. Bepergian sendiri akan melatih kamu mengatur keuangan dengan bijak, dan percayalah ini skill yang sangat penting untuk masa depan kamu.

Adventure, Height, Climbing, Mountain

6. Sebelum kamu terikat pada sebuah komitmen, manfaatkanlah momen ini dengan solo traveling.

Ya memang beberapa orang memutuskan untuk menikah muda. Namun untuk kamu yang masih muda, belum terikat sebuah komitmen, dan single, pergilah menikmati dunia. Lihatlah dunia dalam perspektif yang berbeda. Tidak apa menjadi sedikit egois. Pahamilah mengapa orang Belanda sangat suka sepeda murah, mengapa orang Italia sangat ekspresif saat berbicara, mengapa pulau Komodo masuk dalam jajaran wonders of the world. Ingat, dunia ini luas dan menakjubkan. Dan dunia diciptakan untuk kamu orang-orang muda.

7. Beberapa negara menawarkan banyak potongan harga untuk kamu.

Khususnya benua Eropa, jika kamu berkunjung kesana sebelum usia 26 tahun, kamu akan mendapatkan banyak potongan harga tiket transportasi dan tiket museum atau sejenisnya. Karena di usia itu kamu dianggap young adult dan masih berhak akan harga khusus. Contohnya biaya masuk museum di Belgia adalah 10EUR untuk harga normal (adult). Jika kamu berusia 25 tahun 11 bulan maka kamu hanya akan membayar sebesar 6EUR. Diskon 40%! Menyenangkan bukan? Peraturan ini berlaku hampir di seluruh wilayah Eropa. Tapi jangan coba berbohong ya, karena pasti akan dimintakan bukti identitas 🙂

8. Kamu masih diperbolehkan ‘berganti jalur’.

Usia 20-an kamu masih dimaklumi jika ingin berganti jalur baik karir maupun pendidikan. Percayalah sepulangnya kamu nanti wawasanmu akan bertambah luas dan mungkin kamu akan menemukan minat baru dalam hidup kamu. Jika sebelumnya kamu seorang akuntan, bukan tidak mungkin banting setir sebagai juru masak karena banyaknya kuliner eksotik yang ditemui dalam perjalanan menginspirasi kamu. Atau seketika saja kamu terinsipirasi untuk berkarir menjadi kurator di museum setelah mengunjungi Museum Louvre. Tidak salah untuk dicoba, kan? Mumpung masih muda.

9. Usia 30 tahun ke atas adalah usia yang matang.

Mengapa harus sebelum usia 30 tahun? Karena di usia tersebut kamu dituntut untuk memiliki kehidupan yang sudah jelas dan terukur. Kamu sudah harus bertanggung jawab untuk keluarga atau mungkin anak-anak kamu. Saat kamu sudah berkeluarga dan melakukan solo traveling, tentu bukan tindakan yang bijaksana, bukan?

10. What are you afraid of?

Saya akan mengutip perkataan dari penyanyi Anggun C. Sasmi untuk sebuah iklan lembaga pendidikan luar negeri. “Selama kamu masih muda, pergilah sejauh mungkin.” Tidak usah takut tidak ada teman, selama perjalanan kamu akan bertemu banyak orang baru dan mungkin bisa menjadi teman seperjalanan. Who knows? Kamu takut melakukan kesalahan, tidak masalah, tertawa saja. You are still young, you have nothing to lose. Jadi jangan ragu, mulailah menabung dan memberanikan diri untuk menjelajah dunia. Happy traveling!

Melestarikan Sepeda Tua

Taman Ahmad Yani Medan yang berada persis di seberang Bundaran Jalan Sudirman Medan, tampak berjejer tak kurang dari 30 buah sepeda tua. Rata-rata sepeda tersebut telah berusia antara 40 dan 70-an tahun. 
Sepeda-sepeda yang terparkir itu antara lain bermerek Gazelle, BSA, Raleigh, Rudgie, Teha, The Hunt, Fongers, Simpley dan lain sebagainya. Semuanya tampak masih terawat rapi. Bahkan tak jarang yang ditambah dengan aksesori seperti speedometer, tas (baggage) dan lain sebagainya. Tapi sebagian besar di antaranya malah tampak masih seperti aslinya. 

”Sepeda-sepeda tua seperti ini memang lebih butuh perawatan. Maklum saja, namanya juga sudah tua,” ujar Slamet, warga Helvetia Medan.
Menurut Slamet, sepeda tua adalah hobinya. Saat ini ia memiliki lima sepeda yang di antaranya bermerek Gazelle, BSA dan Raleigh. Rata-rata produk Belanda dan Inggris. 
Tak hanya tua, harganya juga lumayan mahal untuk ukuran sepeda. Bayangkan, kini harga-harga sepeda tersebut sudah mencapai jutaan rupiah. Tapi yang namanya hobi, harga bukanlah suatu rintangan. 
”Namanya juga hobi. Sepeda saya beberapa waktu lalu misalnya ditawar seorang pembeli sampai Rp 3 juta, tapi tidak saya lepas. Begitu juga beberapa sepeda teman lainnya, ada yang ditawar sampai Rp 5 juta. Malah mereka bilang, ditawari sampai 50 kali lipat dari harga itu pun tidak akan saya lepas,” ujar Slamet.
Menurut Slamet, ia mencintai sepeda tua karena sejak dulu masih bekerja pada perkebunan Belanda, ia sudah naik sepeda. Sehingga, meski sudah berusia lanjut, namun ia masih sanggup mengayuh berkilo-kilometer jaraknya. 
Bukan hanya Slamet yang telah berusia uzur yang suka bersepeda tua. Dodi, seorang pedagang burger di kawasan Jl Setia Budi Medan pun menggilai sepeda tua sejak delapan bulan lalu. 
Ia bahkan merasa bangga bisa mengendarai sepeda bermerek Empo, produk Inggris pada awal abad ke-20 lalu itu. Kebanggaan itu terutama muncul ketika ia sedang mengayuh sepeda, tiba-tiba saja ia dipanggil oleh seseorang yang tak dikenal. Lalu orang tersebut bertanya-tanya tentang sepedanya hingga berniat membeli sepedanya itu. 

Harga Sepeda

Namun, lagi-lagi ia tak memberikannya. ”Waktu saya beli harganya hanya Rp 200 ribu. Tapi untuk memperbaiki, termasuk mengecat dan membeli aksesori lainnya, aku sudah habis lebih dari Rp 1 juta. Makanya waktu ada yang nawar Rp 2 juta, aku tak mau melepasnya, sama dengan harga sepeda balap” tukas Dodi tersenyum. 
Mulanya, kata Dodi, ia menyukai naik sepeda karena ketiadaan kendaraan. Padahal kendaraan menjadi penting baginya untuk belanja keperluan dagang burger setiap pagi. Akhirnya, ia mencari alternatif kendaraan di Pasar Sukaramai Medan. Dan … dapatlah sepeda kesayangan tersebut. 
Hingga kini, ia telah memiliki dua buah sepeda tua. Selain Empo, ia juga punya sebuah Gazelle. ”Selain sehat, ekonomis dan bernilai historis, saya merasa nyaman dan bangga naik sepeda tua ini,” kata Dodi. 

Hobi sepeda tua memang semakin ramai digemari di Medan. Hal ini terjadi sejak tahun 1993. Ketika itu, Taufan baru saja pulang dari Yogyakarta mengikuti pelatihan di RRI. 
Ketika sampai di Medan, ia melihat betapa banyaknya sepeda tua di kota perkebunan tua di masa penjajahan Belanda ini. ”Sebagai kota yang dulunya banyak perkebunan Belanda, tak heran bila di sini banyak peninggalan sepeda tua. Dari mulai produk tahun 1930-an hingga produk keluaran 1960-an, banyak terdapat di Medan,” jelas Taufan. 
Setelah melihat hal itu, akhirnya ia pun mencari sebuah sepeda tua. Ia dapat sebuah sepeda bermerek Gazelle. Dengan sepeda itu, ia kemudian membentuk sebuah perkumpulan bernama Medan Sepeda Antik Club (MESAC). Lembaga ini beralamat di Jalan Sutomo Ujung No. 3/6 Medan. 
Lewat perkumpulan ini, secara perlahan ia mulai aktif menyosialisasikannya hingga kini seluruh anggotanya berjumlah 40 orang dengan jumlah sepeda tua lebih dari 100 unit. 
”Sebab, kadang-kadang satu orang punya lebih dari satu sepeda,” kata Taufan. 
Sayangnya, saat ini sepeda tua di Medan agak sulit didapat. Sebab para pencinta sepeda tua yang ada di Pulau Jawa mencari sepeda juga ke Medan dan sekitarnya. Makanya, secara perlahan mereka menggalakkan kecintaan terhadap sepeda tua. 
Langkah lain untuk menahan laju kepunahannya, mereka juga membentuk sebuah organisasi yang bernama Ikatan Sepeda Tua Indonesia (ISTI). Lembaga ini beralamat sama dengan MESAC. 

Organisasi ini setiap minggunya kumpul di Lapangan Merdeka pada pukul 07.00 WIB. Dari sini mereka biasanya pergi ke suatu tempat yang ditentukan pada saat berkumpul tersebut. Setelah itu, secara bergerombol, mereka pun mengayuh pedal sepeda. Jaraknya bisa dekat bisa juga jauh. 
Tapi belakangan ada program yang mereka kembangkan, yakni mengunjungi rumah anggotanya yang rata-rata tersebar di pinggiran kawasan kota Medan. Di sana mereka membuat acara makan-makan dan sebagainya. 
”Jadi selain memperkuat tali silaturahmi, kita juga sehat karena mengayuh sepeda dengan jarak tempuh yang jauh tapi nggak terasa,” ujar Taufan yang kini menjadi Ketua MESAC dan ISTI Sumut.

Selain itu, mereka juga mulai mempelajari karakteristik sepeda-sepeda tua tersebut. Misalnya saja seperti lis (garis) pada batang sepeda dan lain sebagainya. Sehingga secara perlahan, mereka sudah punya orang yang mampu memperbaiki sepeda tua yang kini coba mereka lestarikan.

Kabel Sepeda Fat Bike

Tren Fat bike mulai merambah Indonesia. Hal itu ditandai dengan munculnya sepeda dengan roda gemuk yang diproduksi oleh pabrikan sepeda di Indonesia.

Fat Bike

Fat bike sendiri adalah sebuah genre sepeda mountain bike yang telah marak di Amerika Serikat dan Eropa sejak tahun 2005. Dari sisi desain, sepeda ini seperti sepeda MTB, namun menggunakan rim dan ban besar, dengan lebar sekitar 4 inci atau lebih. Dengan bannya yang lebar, sepeda ini disebut-sebut asik digunakan di medan berpasir, pantai atau bukit tanah.

Salah satu produsen sepeda di Tanah Air yang telah memproduksi fat bike adalah Wimcycle, yang baru-baru meluncurkan tipe Fat Man. Oleh pembuatnya, sepeda ini diklaim sebagai fat bike Indonesia yang pertama.

Wimcycle Fatman 26″

Layaknya sepeda gunung, sepeda ini mengusung roda berukuran 26 inci, dengan lebar 4 inci dan frame berbahan aluminium. Frame menggunakan allumunium dengan fork besi. Wim Cycle Fatman menggunakan Shimano Tourney 7 Speed untuk drivetrain. Crankset dengan single chainring – bashguard. Shifter yang digunakan Shimano Tourney.

Wim Cycle FATMAN 26”

Namun demikian, Fat Man tampaknya memang ditujukan bagi mereka yang sebatas ingin menikmati sensasi sepeda dengan ban besar saja, mengingat komponen yang diaplikasikan pada sepeda ini (stem, handlebar, seatpost, sadel, rim, disk brake) menggunakan komponen yang tergolong standar.

Dengan kondisinya yang demikian, tak heran bila harga sepeda ini tidak setinggi di luar negeri, dimana hanya sekitar Rp 2,9 juta-an saja. Wimcycle sendiri mengklaim bahwa mereka menyediakan suku cadang untuk sepeda ini, terutama pada sisi wheelset (rim, hub dan ban).

Telah berpartisipasinya pabrikan sepeda lokal tentu menjadi tanda bahwa tren sepeda “gemuk” telah melanda Indonesia. Selanjutnya, kita tunggu saja bagaimana eksistensi sepeda ini kedepannya.

Tips & Trick Melindungi Kabel

Indonesia yang dianugerahi hujan sepanjang tahun, mendatangkan tantangan tersendiri bagi para pencinta olahraga sepeda gunung. Hujan yang turun membasahi bumi akan membuat lintasan menjadi licin. Selain itu, lumpur diatas lintasan akan mudah terciprat kemana-mana saat kita melintas, tidak terkecuali ke muka kita. Kabel shifter-pun tidak akan luput dari cipratan lumpur ini. Ini akan membuat kemampuan perpindahan gigi terganggu, missed shift atau melompat ke posisi gear yang tidak sesuai dengan yang diinginkan/disesuaikan dengan kondisi lintasan. Selain itu, akan mempercepat proses keausannya dan memperpendek usia pakainya.

Berikut Tips&Trick untuk menjaga kabel dari serangan lumpur yang setidaknya bisa memperpanjang usia pakai kabel shifter. Untuk setiap lubang kabel yang masuk ke frame, siapkan satu potong plester (plakban) ukuran 7 ~ 10 cm (perkiraan, tergantung diameter framenya) dan satu potong plester ukuran 2-3 cm. Tempelkan potongan kecil (2~3 cm) ditengah-tengah potongan besar (7~10 cm) saling menempel disisi yang memiliki lem perekat. Dengan posisi seperti ini maka didapatkan area yang tidak memiliki lem perekat untuk tempat masuknya kabel shifter. Tanpa lem perekat di area tersebut maka kemampuan perpindahan gigi tidak terganggu (smooth).

Pertama, kita lindungi kabel shifter untuk RD (rear derailleur). Tempelkan plester yang sudah disiapkan dari atas menutupi kabel shifter dan frame boss. Perhatikan bagian yang tanpa lem harus diletakkan pas ditengah-tengah pertemuan antara kabel shifter dan frame boss. Lekatkan semua plester sampai melingkupi semuanya. Tekan-tekan plester secara merata agar dapat merekat kuat disemua bagian dengan sedikit mungkin ada yang terbuka. Potong bagian plester yang tersisa dan rapikan. Selanjutnya kita lindungi FD (front derailleur), khususnya tipe bottom-pull FD. Tipe FD ini, kabel shifter akan menarik mekanisme FD dari bawah. Dengan posisi kabel shifter dari bawah tersebut maka air dan lumpur mudah sekali menumpuk di housingnya. Setiap kali kita melakukan perpindahan gigi, maka air dan lumpur akan mudah ikut masuk ke housingnya. Selama menggenjot pedal di medan becek dan berlumpur, disaat istirahat, selain memeriksa bagian lainnya, sesekali periksa plester tersebut. Jika agak longgar maka tekan-tekan plesternya agar merekat kembali.

Saat mencuci sepeda sepulang dari bersepeda, jangan dilepas dulu sebelum selesai menyemprot sepeda kita. Lepaslah plester setelah menyemprot sepeda dan sesaat sebelum mengeringkan sepeda (catatan: saat mencuci sepeda, jangan menyemprot dengan air bertekanan tinggi, terutama kearah bearing). Biasanya setelah beberapa kali memasang plester dan melepaskannya, ada sisa-sisa lem perekat yang mengumpul dan terbentuk disekitar frame boss. Ini akan mengurangi daya rekat plester. Bersihkan dengan alkohol kadar rendah (bisa dibeli di apotik).

Rem dan aksi Sepeda Fixie

Sepeda fixie dikenal dengan depeda tanpa rem, dan aksi pada sepeda. Walaupun kebanyakan tidak menggunakan rem, tetapi memiliki rem adalah pilihan yang lebih baik untuk keselamatan.
Pemakaian rem bisa memudahkan untuk mempelajari aksi dengan sepeda fixie, tetapi fixier sejati biasanya lebih memilih melakukan aksi tanpa rem sepeda, dan hanya mengandalakan berat badan dan kayuhan pedal. Sepeda fixie yang mahal juga belum tentu memiliki rem.

Rem Sistem Doltrap vs sistem torpedo

Fixie adalah sebuah icon baru dalam dunia sepeda yang mempunyai banyak keunikan, diantaranya adalah sistem pengeremannya. Sistem Pengereman Sepeda Fixie menggunakan sistem doltrap. Dalam sistem doltrap tidak ada istilah coasting. Coasting adalah saat dimana kaki berhenti untuk mengayuh. Jadi saat kaki berhenti mengayuh, dan kaki berupaya menahan pedal maka sepeda tidak akan bergerak dan sistem pengereman pun terjadi. Dengan sistem pengereman fixie yang seperti itu timbulah beberapa Trik Fixie yang cukup menarik untuk di jadikan pertunjukan atau biasa di sebut dengan Atraksi Sepeda Fixie.
Berbeda dengan sistem torpedo, Sepeda dengan Sistem Pengereman Torpedo, ketika sepeda melaju dan kaki beristirahat untuk mengayuh maka sepeda akan terus melaju, dan saat mengerem maka sepeda tinggal kita kayuh berbalik arah ke belakang, maka kampas rem dalam hub akan mengembang dan menahan laju sepeda.
Perbedaan sistem torpedo adalah saat di gowes mundur, sepeda tidak bergerak mundur tetapi berhenti total..
Sistem pengereman jenis doltrap maupun torpedo, sudah mulai berkembang saat awal perkembangan sepeda. Lihat saja sepeda-sepeda onthel jaman dahulu, sudah banyak yang mengunakan kedua sitem pengereman ini. Pada saat awal perkembangan fixie di masyarakat banyak yang salah kaprah dengan menggunakan sistem rem torpedo. Namun saat mulai perkembangan lebih lanjut banyak yang mengetahui bahwa sistem rem yang dipakai adalah sistem doltrap.

skid dengan sepeda fixie

Teknik Melakukan Trick Skid Pada Sepeda Fixie

Skid merupakan salah satu trik yang terdapat pada sepeda fixie, trick fixie ini merupakan teknik paling dasar dan juga paling kuno oleh para master pengguna fixie, dan yang cukup sulit adalah Trick Barspin yaitu dengan memutarkan stang di udara. Teknik ini lebih mudah dilakukan pada sepeda fixie, ada teman yang mencoba melakukannya pada sepeda lipat, dan hasilnya jauh dari yang diharapkan.

Fixie trick yang ini sebenarnya sangatlah mudah karena bergantung kepada kekuatan kaki dan tangan kita untuk menahan laju kecepatan sepeda dengan cara membuat rotasi roda belakang berhenti menggunakan kaki di pedal dan Teknik Melakukan Trick Skid Pada Sepeda Fixiesandaran paha terhadap stang, sehingga menghasilkan efek gesekan ban terhadap jalanan seperti aspal dan rumput (seperti di rem)

Bagi saya teknik skid ini lebih nyaman dipakai terhadap sepeda yang memiliki sistem gear mati atau sering disebut dengan Double trap dari pada mengunakan Torpedo. buat para pemula yang ingin melakukan teknik “skid” ada baiknya tidak melakukannya pada kecepatan tinggi karena akan berakibat fatal nantinya.

Berikut ini teknik melakukan trik skid yang cukup mudah untuk dilakukan :

  • Dengan mencondongkan badan kita kedepan dengan tujuan roda belakang agak sedikit terangkat dari aspal (bukan berarti berarti tidak menyentuh aspal). Sebetulnya hanya mengurangi beban pada roda
  • belakang, agar rotasi roda belakang lebih ringan untuk di hentikan oleh pedal dan tenaga kaki kita
  • Kedua tangan bertumpu pada setang sepeda
  • Selangkangan kita sebaiknya sejajar dan ikut bertumpu pada setang.
  • Posisi ini membuat beban badan kita bertumpu di bagian sepeda roda depan.
  • Badan dan kaki penahan menjadi lurus diagonal seperti pada gambar-gambar diatas.
  • Tahan dengan konsisten dan gunakan tenaga terbaik pada kaki terkuat anda.
  • Sampai disini seharusnya anda sudah bisa melakukan skid.
  • Saat skidding, kontrol kemudi jangan sampai belok belok ga jelas (Kalau udah jago sih, bisa skidding sambil muter balik).
  • Saat mencondongkan badan kedepan memang agak menyeramkan, tapi percayalah, everything’s gonna be allright.
  • Saat berusaha menahan pedal, lakukan dengan optimis, jika ragu anda akan kehilangan kendali dan sepeda yang akan mengendalikan anda

Yup.. demikianlah teknik untuk melakukan trick skid sepeda fixie yang mungkin bermanfaat buat anda, dan tunggu Trick sepeda fixie selanjut nya dari kami. selamat mencoba dan salam gowess..

Memori yang membekas pada sepeda lawas

Dari dulu hingga kini sepeda termasuk salah satu alat transpor yang murah. Tanpa harus dijejali beragam teknologi kelas wahid, sepeda bisa membantu perjalanan manusia. Pada jarak pendek, sepeda memang bisa jadi pilihan yang favorit. Selain murah, juga bisa menyehatkan raga si penggunanya. Bahkan bukan cuma itu, karena tak menyandang mesin, sepeda diakui sebagai alat angkut yang sangat ramah lingkungan. Bebas polusi dan nyaman untuk dikendarai. Itu sebabnya sepeda tetap mendapat tempat dalam kehidupan sehari-hari.

Masa jaya sepeda

Sebelum teknologi berkembang pesat, sepeda menjadi andalan di Indonesia. Kendaraan ini berperan penting dalam membantu pekerjaan sehari-hari. Dulu bahkan para bangsawan sangat bangga jika pergi berkeliling mengecek kebun atau tanah dengan sepeda. Di saat libur, mereka pun melancong bersama sang kekasih, juga naik sepeda.
Layaknya mobil pada masa kini, dulu sepeda ikut menentukan ”derajat” kehidupan seseorang. Buktinya, sepeda bermerek papan atas, seperti BSA, Humber, Rudge, Raleigh, dan lainnya disimbolkan sebagai kendaraan kaum priyayi dan tuan tanah. Merek itu pun identik dengan status kekuasaan dan dikenal dekat dengan bangsa penjajah.
Namun waktu yang bergulir dengan cepat seolah melindas masa ”jaya” sepeda. Masuknya kendaraan bermesin, membuat sepeda ditinggalkan. Para priyayi tadi mulai mengalihkan pandangan pada alat angkut modern seperti motor atau mobil. Buntutnya, sepeda tak lagi menjadi ”simbol” bagi kehidupan seseorang. Justru kendaraan jenis ini makin akrab dengan kehidupan yang sederhana.
Meski begitu, citra sepeda pada masa lalu itu masih tertanam dalam ingatan. Bagi yang ingat, sepeda lawas mendapat tempat tersendiri. Sepeda menjadi benda koleksi yang sangat bernilai. Alasan mereka rata-rata sama, ada banyak kenangan manis yang teramat sayang bila dibiarkan berlalu begitu saja. Layaknya barang antik, makin tua nilai historis yang disandang sepeda makin berisi.
Dari situ, tumbuh semangat untuk terus memelihara dan menyayangi. Sepeda-sepeda lawas itu diurusi dan dirawat dengan kecermatan yang tinggi. Tingkat orisinalitas tiap bagiannya dijaga baik-baik. Alhasil, sepeda menjadi sebuah penyaluran yang positif. Seperti pehobi lainnya, si kolektor ini pun harus mati-matian mempertahankan keaslian bagian-bagian yang ada. Kalau dirasa kurang, ancang-ancang perburuan telah didengungkan. Tentu sebuah kenikmatan yang tak terkira manakala perburuan tadi berujung pada kisah sukses.

Sepeda Onthel

Pergaulan Positif

”Wah, saya hobi main sepeda kuno mulainya sudah lama tuh. Ya, kira-kira sepuluh tahunlah. (Dari hobi ini) saya puas banget bisa tambah teman. Kan dari ngumpul-ngumpul, dan tuker-tukeran info spare part, kita bisa ngejalin persaudaraan dengan orang lain. Pokoknya, asyik deh,” ungkap Iyang , salah seorang pehobi sepeda lawas dari Perkumpulan Sepeda Tempo Doeloe Batavia, Silang Monas. Bagi Iyang, bukan cuma pergaulan yang tambah luas, tapi hobi bersepeda lawas juga membantunya untuk menyalurkan hasrat diri pada kegiatan yang positif. ”Lha, daripada duit habis buat narkoba mending kita main sepeda kan. Badan jadi sehat teman juga kan tambah banyak,” katanya dengan logat Betawi yang kental.
Wajar saja, setiap Minggu pagi Iyang bersama perkumpulan sepeda lawas ini putar-putar ke beberapa wilayah kota. Konvoi sehat itu sudah pasti akan memancing ketertarikan siapa saja. ”Tapi sebelumnya kita-kita ini kumpul dulu di Silang Monas.”
Awal kisah jatuh cinta Iyang pada sepeda lawas dimulai dari perjalanan sepeda yang ia miliki. Ada nilai historis yang lekat dengan sepeda lawas itu. ”Sepeda ini asalnya dari orang tua saya. Ya bisa dibilang termasuk salah satu benda warisan babe, dah. Dulu, babe saya dapetnya dari hadiah,” tutur Iyang membuka sejarah.
Alhasil, sepeda hasil pemberian itu jadi kendaraan yang mengasyikkan. Selain dipakai keliling kota, sepeda tak pernah putus diurusi. Tak pernah ada bagian yang rusak dibiarkan begitu saja. Dari ketekunan sang bapak, Iyang pun tergelitik untuk meneruskannya. Jadilah, sepeda lawas bermerek Asele keluaran Jerman itu berpindah tangan. Karena saking sayangnya, Iyang bersumpah tak bakal melego sepeda yang diperkirakan diproduksi pada tahun 1940-an itu.
Kisah turun-temurun sepeda kuno juga dialami Inan. Ceritanya malah lebih seru lagi. Sepeda milik Inan sukses melewati empat generasi dalam sebuah keluarga. Dan sampai detik ini, sepeda bermerek Burgres asal Belanda itu tetap terlihat cantik dan mulus. Tak beda dengan wanita seksi, sentuhan perawatan yang apik juga mampir pada sepeda ini. Jadi jangan heran, bila sepeda Inan tetap nikmat untuk dikendarai. ”Ini sepeda emang udah turun-temurun di keluarga saya. Dulu waktu zamannya kakek buyut saya, dia dipakai buat angkut beras. Dari situ, turun terus sampai ke tangan saya,” cerita Inan sambil memamerkan sepeda lawas kesayangan itu.
Sama seperti Iyang, Inan juga mengaku tak terlintas dalam pikirannya untuk menukar sepeda lawasnya dengan setumpuk uang. ”Nilai sejarahnya nggak bisa diukur pakai uang,” ujar bapak yang masih sanggup jalan-jalan dengan sepeda sampai ke Bogor ini diplomatis. Di rumah, kata Inan, masih ada tiga merek lagi yang nongkrong di garasi. ”Saya punya empat sepeda lama. Selain Burgres, ada juga Raleigh, Turangga dan Simking.”

Pergaulan Positif

”Wah, saya hobi main sepeda kuno mulainya sudah lama tuh. Ya, kira-kira sepuluh tahunlah. (Dari hobi ini) saya puas banget bisa tambah teman. Kan dari ngumpul-ngumpul, dan tuker-tukeran info spare part, kita bisa ngejalin persaudaraan dengan orang lain. Pokoknya, asyik deh,” ungkap Iyang , salah seorang pehobi sepeda lawas dari Perkumpulan Sepeda Tempo Doeloe Batavia, Silang Monas. Bagi Iyang, bukan cuma pergaulan yang tambah luas, tapi hobi bersepeda lawas juga membantunya untuk menyalurkan hasrat diri pada kegiatan yang positif. ”Lha, daripada duit habis buat narkoba mending kita main sepeda kan. Badan jadi sehat teman juga kan tambah banyak,” katanya dengan logat Betawi yang kental.
Wajar saja, setiap Minggu pagi Iyang bersama perkumpulan sepeda lawas ini putar-putar ke beberapa wilayah kota. Konvoi sehat itu sudah pasti akan memancing ketertarikan siapa saja. ”Tapi sebelumnya kita-kita ini kumpul dulu di Silang Monas.”
Awal kisah jatuh cinta Iyang pada sepeda lawas dimulai dari perjalanan sepeda yang ia miliki. Ada nilai historis yang lekat dengan sepeda lawas itu. ”Sepeda ini asalnya dari orang tua saya. Ya bisa dibilang termasuk salah satu benda warisan babe, dah. Dulu, babe saya dapetnya dari hadiah,” tutur Iyang membuka sejarah.
Alhasil, sepeda hasil pemberian itu jadi kendaraan yang mengasyikkan. Selain dipakai keliling kota, sepeda tak pernah putus diurusi. Tak pernah ada bagian yang rusak dibiarkan begitu saja. Dari ketekunan sang bapak, Iyang pun tergelitik untuk meneruskannya. Jadilah, sepeda lawas bermerek Asele keluaran Jerman itu berpindah tangan. Karena saking sayangnya, Iyang bersumpah tak bakal melego sepeda yang diperkirakan diproduksi pada tahun 1940-an itu.
Kisah turun-temurun sepeda kuno juga dialami Inan. Ceritanya malah lebih seru lagi. Sepeda milik Inan sukses melewati empat generasi dalam sebuah keluarga. Dan sampai detik ini, sepeda bermerek Burgres asal Belanda itu tetap terlihat cantik dan mulus. Tak beda dengan wanita seksi, sentuhan perawatan yang apik juga mampir pada sepeda ini. Jadi jangan heran, bila sepeda Inan tetap nikmat untuk dikendarai. ”Ini sepeda emang udah turun-temurun di keluarga saya. Dulu waktu zamannya kakek buyut saya, dia dipakai buat angkut beras. Dari situ, turun terus sampai ke tangan saya,” cerita Inan sambil memamerkan sepeda lawas kesayangan itu.
Sama seperti Iyang, Inan juga mengaku tak terlintas dalam pikirannya untuk menukar sepeda lawasnya dengan setumpuk uang. ”Nilai sejarahnya nggak bisa diukur pakai uang,” ujar bapak yang masih sanggup jalan-jalan dengan sepeda sampai ke Bogor ini diplomatis. Di rumah, kata Inan, masih ada tiga merek lagi yang nongkrong di garasi. ”Saya punya empat sepeda lama. Selain Burgres, ada juga Raleigh, Turangga dan Simking.”

Nilai Sejarah

Bila Iyang dan Inan didominasi kisah turun-temurun, berbeda dengan Ivane. Ia mengaku kepincut dunia sepeda lawas gara-gara ingin menyaingi keberadaan motor dan mobil antik. Nilai historis yang ada pada sepeda lawas tak kalah hebat dengan kendaraan bermesin. ”Sepeda kuno model gini, kaya dengan sejarah. Dulu masih ingat kan gimana Pak Karno (Sukarno, presiden pertama) jalan-jalan pakai sepeda ontel. Pada masa penjajahan, kakek dan bapak kita juga pakai sepeda model gini. Nah, sekarang ini jangan cuma mobil atau motor antik saja yang dilestarikan tapi sepeda kuno kan juga asyik,” papar Ivane panjang lebar.
Rudy Chardova, pehobi sepeda lawas lainnya, manggut-manggut dengan pendapat Ivane. ”Sebagai generasi muda, masak sih kita nggak mau peduli dengan sejarah barang antik macam begini. Selain bisa jadi hobi yang mengasyikkan, main sepeda kuno ini kayak main batu akik. Kita bisa beli yang murah, lalu setelah didandanin harga jual sepeda bisa melambung tinggi. Tapi kalau kitanya nggak ikut hobi ini alias nggak ngerti, jangan harap koleksi kita bisa bagus,” katanya.
Gunawan, seorang pemuda asal Sulawesi Selatan kecebur dunia sepeda lawas gara-gara mendapat sepeda lawas yang mirip dengan sepeda milik ayahnya. Sebagai seorang polisi di zaman perjuangan, ayah Gunawan mendapat jatah kendaraan dinas berupa sebuah sepeda merek BSA, buatan Inggris. Sepeda itu keluaran tahun 1951. Sebagai tanda keasliannya, Gunawan lantas menunjukkan tanda pangkat sersan yang tertera di pangkal garpu sepedanya. ”Saya merawat sepeda ini sekaligus hitung-hitung menghargai nilai sejarah orang tua dulu. Kini, dengan penambahan aksesori di sana-sini sepeda lawas milik Gunawan ini nilainya sekitar dua juta rupiah.

Penampilan Seksi

Walau sepeda yang dimiliki Iyang, Inan, Ivane, Rudy dan Gunawan sudah cukup berumur, bukan berarti kendaraan bebas polusi itu berwajah kusam. Justru sebaliknya, sepeda-sepeda lawas itu terlihat seksi dengan beberapa aksesori. Coba saja tengok bagian depan sepeda milik Iyang. Di tengah batang kemudi, nongkrong lampu antik bermerek Bosch, Jerman. Kata Iyang, lampu yang disuplai dari energi gerak hasil kerja dynamo yang terpasang di roda depan itu didapat dari perburuan di daerah Jombang, Jawa Timur. Harganya sekitar Rp 250.000.
Saat mata merambat ke sisi atas kemudi, ada dua penghasil suara tradisional. ”Kalau yang ini disebut genta delman atau dikenal bel delman. Mereknya, Valentino Bell buatan Amerika,” ujar Iyang sambil mengelus genta kesayangan itu. Soal harga, Iyang menyebut angka tiga ratus ribu perak. Dan itu adalah hasil berburu ke daerah Kutoarjo. ”Nah, yang ini disebutnya bel ting-tong. Dulu saya beli sekitar seratus lima puluh ribu,” lanjut Iyang. Meski warna cat sepedanya terlihat memudar, Iyang sama sekali tak berniat menggantinya. ”Kalau catnya diganti, (tingkat) orisinil sepeda ini bisa jatuh. Ibaratnya barang kuno, kalau sudah kena sentuhan modifikasi nilai antiknya jadi berkurang jauh. Justru makin pudar malah makin kelihatan seksi,” katanya.
Itu sebabnya, setiap hari Iyang selalu menyempatkan diri untuk menggosok tiap bagian sepeda. Agar makin cantik, kelontongan sapi nyantol di bagian bawah jok kulit.
”Sekarang memang nggak gampang dapetin spare part-nya. Di Jakarta sudah nggak ada stoknya lagi. Biasanya kita harus berburu sampai ke Jawa (daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan sekitarnya). Di sana, masih banyak,” ucap Iyang dan Inan yang dibenarkan Ivane serta Rudy. Untuk mengatasinya tentu dibutuhkan kiat tersendiri. Kalau butuh aksesori, Sukiman selalu mengontak rekan-rekan sehobi di perkumpulan. Dari situ, informasi tentang benda yang dicari hampir selalu bisa ditemukan. Atau dengan menjalankannya setiap pagi. ”Biar nggak cepat rusak, sepeda Philips ini saya pakai setiap hari. Di situ, saya bisa ngecek mana bagian yang dirasakan kurang atau nggak beres,” kata bapak dua anak itu.
Dengan menjaga keantikan sepeda lawas, para pehobi itu merasakan manfaat lain yang tak kalah penting. Tali persaudaran tanpa mengenal sekat perbedaan makin terjalin erat. Sebuah komunitas unik terbentuk dengan semangat kebersamaan tinggi. ”Ya, kalau ada anggota yang sakit, kita tengok rame-rame. Dan kalau ada undangan sepeda santai, kita ikutan bareng-bareng,” ujar Iyang mantap.
Hal itu pun sangat dirasakan Agus. Anak muda lulusan Arsitektur Universitas Trisakti ini mengaku sangat terkesan dengan kuatnya jalinan persahabatan di antara pehobi. ”Mereka ini datang dari beragam profesi. Tapi kalau udah ngumpul, mereka lupa dengan yang namanya pekerjaan, status dan setumpuk perbedaan lain. Apalagi kalau jalan konvoi, mereka malah asyik bercanda terus.” Dan dari jalan beramai-ramai tadi, entah berapa pasang mata, terutama kaum hawa, yang tertarik akan keelokan sepeda lawas itu. Jadilah mereka mendulang keuntungan lain, berkenalan dengan wanita. Asyik kan?

Sudah Benarkah Arah Pengadaan Jalur Sepeda di Kota Yogyakarta ?

Pemerintah Kota Yogyakarta telah mewujudkan dukungannya buat pesepeda dengan membuat “jalur sepeda” dan jalan alternatif pesepeda. Sebuah lompatan kebijakan yang cukup mengundang semua pihak untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin, agar langkah kebijakan tidak mubazir begitu saja. Pertanyaannya sekarang, adakah apakah realisasi yang dijalankan sudah pada trek yang benar ataukah cenderung setengah-setengah saja?

Sudah sekitar setengah tahun fasilitas itu ada, tetapi belum tampak lonjakan yang berarti pesepeda yang memanfaatkan jalur tersebut. Beda dengan di Australia dan Inggris, yang dalam setahun pengguna sepeda bisa meningkat empat kali lipat setelah ada jalur sepeda. Kalau begitu dimana salahnya ataukah ada sesuatu yang salah pada perencanaan jalur sepeda tersebut?

Di Yogyakarta, sama sekali tidak ada jalur eksklusif buat pengendara sepeda, yang sudah ada adalah jalur bersama, artinya bagian jalan tersebut juga digunakan buat pengguna jalan yang lain. Lebih malang lagi, ternyata bagian jalur tersebut juga digunakan untuk parkir kendaraan, sehingga jalur sama sekali tertutup. Praktis pengendara sepeda juga tidak bisa memanfaatkan jalur sepeda yang ada, dan harus meliuk masuk jalur sebelah kanannya, yang artinya mengandung risiko yang lebih tinggi. Memang di banyak negara tidak semua jalur sepeda adalah eksklusif buat sepeda saja, tetapi juga ada jalur bersama yang bedanya disana tetap menjanjikan keamanan dengan tidak membolehkan kendaraan parkir di jalur tersebut.

Sepeda Yogyakarta (sumber:kratonpedia.com)

Faktor keamanan memang hal yang paling penting. Bila adanya jalur sepeda tersebut lebih banyak memberikan nilai keamanan yang lebih baik bagi pengguna sepeda, tentu pemakai kendaraan sepeda bagi aktivitas sehari-hari akan meningkat lebih drastis, seperti yang dibuktikan di Australia dan Inggris. Jangan lupa ada factor lain yang berperanan, yaitu faktor gebrakan dari suatu program. Di luar negeri, di beberapa ruas jalan tertentu dan justru di jalan vital dan pusat bisnis dibuat jalur yang eksklusif, sehingga sepeda bisa memintas dengan sangat aman. Jalur eksklusif selain memang lebih aman, juga menjanjikan semacam gebrakan yang jelas di mata masyarakat tentang kehadiran jalur sepeda. Mari kita bandingkan dua kota bertetangga, yaitu Kutoarjo dan Purworejo. Di Kutoarjo sangat jauh lebih banyak pengendara sepeda melintas, berkat adanya jalur eksklusif yang melintas di jalan utama kota tersebut, dan hal ini sangat berbeda dengan Purworejo yang sepi dari sepeda.

Tidak semua jalan harus ada jalur sepedanya, dan tidak semua jalan penting harus ada jalur eksklusif sepeda. Untuk Yogyakarta, cukup jalur “H” saja diberikan jalur eksklusif yang tidak bisa digunakan bagi pengguna kendaraan lain selain sepeda. Dengan adanya jalur eksklusif di jalur “H” akan lebih memberikan gebrakan akan keseriusan program penyediaan jalur sepeda oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Sedangkan di jalur bersama, harus juga bebas dari “obstacle” dengan pelarangan atau penyediaan jalur khusus juga buat parkir kendaraan lain. Untuk itu semua jalur baik yang eksklusif dan yang bersama harus dilengkapi dengan rambu-rambu yang memadai.

Tanpa pemahaman akan pentingnya peningkatan nilai keamanan bagi pengendara sepeda, maka tidak bisa diharapkan pengguna sepeda di kota Yogyakarta bagi aktivitas sehari-hari akan bisa meningkat tajam dan lebih kena pada sasaran. Masih perlu suatu kajian tentang efektivitas jalur yang disediakan oleh Pemerintah saat ini. Lebih baik menyediakan jalur sepeda kilometer per kilometer secara bertahap dengan kajian dan realisasi secara bertahap yang lebih baik, dibandingkan secara serentak tetapi semuanya adalah hasil rancangan yang setengah matang atau terburu-buru.

Semangat Pencanangan Jalur sepeda di Yogyakarta patut diacungi jempol. Hanya eksekusinya menjadi terkesan “basa-basi”:
1. Tidak ada proteksi terhadap jalur sepeda tersebut (mobil masih bisa parkir di jalur tsb).
2. Tidak ada integrasi dengan moda transport yang lain (peningkatan transportasi publik dan reduksi kendaraan bermotor pribadi).
3. Politcal will dan kesadaran masyarakat sendiri kurang mendukung.
Kondisi jalan di yk yg relatif sempit saya kira bukan kambing hitam yang tepat atas kurang efektifnya jalur sepeda. Pengaturan (pembatasan) parkir di badan jalan bisa jadi alternatif untuk menciptakan space eksklusif bagi sepeda selain untuk “memaksa” pengurangan penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
Intinya, mari lebih kreatif serta integral dan konsisten dalam menciptakan Yogya yang lebih Nyaman bukan sekedar slogan.